Breaking News
Loading...
Senin, 26 Agustus 2019

GURU : PEMBANGKIT PANDANGAN

07.16
Guru : Pembangkit Pandangan Oleh : Setyo Budi (Guru SMA Negeri 1 Andong, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah) Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan “motif” dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Oemar Hamalik menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah keadaan individu yang terangsang dan terjadi jika suatu motif telah dihubungkan dengan suatu pengharapan yang sesuai. Motivasi merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar manusia tersebut. Gagne dan Berliner, menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu oranganisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morangan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas akhirnya dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sesuai dengan pengertian motivasi belajar, maka tidak perlu dipertanyakan lagi betapa pentingnya motivasi bagi anak didik dalam belajar. Didalam kenyataan, motivasi belajar ini tidak selalu timbul dalam diri anak didik. Sebagian anak didik mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tetapi sebagian lain motivasinya rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Motivasi belajar penting bagi anak didik dan guru. Bagi anak didik pentingnya motivasi belajar adalah: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja, anak didik dilatih untuk menggunakan kekuatannya sehingga dapat berhasil. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada anak didik bemanfaat bagi guru. Manfaatnya adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat anak didik; (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak didik; (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan penyemangat. Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkatan-tingkatan. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Tetapi mereka sependapat bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar atau motif bawaan. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia yang timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang. Motivasi sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motivasi sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motivasi sosial. Lingdren, menyatakan bahwa motivasi sosial adalah motivasi yang dianak didiki dan bahwa lingkungan individu memegang peran yang penting. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak didik. Yang dapat menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Pertama, Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri anak didik tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Bagi anak didik yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri anak didik tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Anak didik yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Kedua, Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain. Sehingga dengan keadaan demikian anak didik mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi anak didik yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak didik sehingga ia mau melakukan belajar. Di dalam kehidupan sehari-hari motivasi banyak dipelajari, termasuk motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat berubah-ubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor tersebut adalah: (1) Cita-cita atau aspirasi. Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua anak didik. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. (2) Kemampuan belajar. Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri anak didik misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi. (3) Kondisi anak didik. Kondisi anak didik yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya anak didik yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat sekolah tidak sarapan, mungkin karena malam harinya begadang atau mungkin sedang sakit. (4) Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur dari luar diri anak didik yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi guru hal ini penting, karena guru terlibat langsung dalam pembelajaran anak didik. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk memotivasi belajar anak didik. (5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi anak didik, gairah belajar, situasi dalam belajar, dan lain-lain. (6) Upaya guru membelajarkan anak didik. Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan anak didik mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian anak didik, mengevaluasi belajar anak didik, dan lain-lain. (7) Prinsip-prinsip motivasi belajar. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar-mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar adalah: Pertama, Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun minat adalah motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang. Kedua, Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar. Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Anak didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar. Ketiga, Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. Keempat, Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar. Dalam kehidupan, anak didik membutuhkan penghargaan. Perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar. Guru yang berpengalaman harus dapat memanfaatkan kebutuhan anak didik, sehingga dapat memancing semangat belajar anak didik agar menjadi anak yang gemar belajar. Anak didik pun giat belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu. Kelima, Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan. Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari mendatang. Keenam, Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Dari berbagai hasil penilitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati memanak didiki mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Ulangan pun dilewati dengan mulus dengan prestasi yang gemilang. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar anak didik, yaitu : (1) Menjelaskan tujuan belajar ke anak didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. (2) Berikan hadiah untuk anak didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, anak didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar anak didik yang berprestasi. (3) Guru berusaha mengadakan persaingan di antara anak didiknya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. (4) Pujian. Sudah sepantasnya anak didik yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. (5) Hukuman. Hukuman diberikan kepada anak didik yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar anak didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. (6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke anak didik. (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, Kedelapan, (8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode yang bervariasi, dan (10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Fungsi motivasi dalam belajar adalah : Pertama, Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong perbuatan anak didik. Kedua, Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap anak didik merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang berfungsi sebagai penggerak perbuatan anak didik. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai penggerak perbuatan. Ketiga, Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi pada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar. Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut: (1) Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. (2) Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam dunia guruan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk beaanak didik atau dalam bentuk lain seperti alat tulis. Dengan cara itu anak didik akan termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai. (3). Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam guruan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik telah terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagai individu melibatkan diri mereka mesing-masing ke dalam aktivitas belajar. (4). Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. (5). Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tidak terprogram, akan membosankan anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang sistematis. (6). Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mangalami kemajuan, anak didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada semester atau catur wulan berikutnya. (7). Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi. (8) Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. Oleh karena itu, hukuman hanya diberikan oleh guru dalam konteks mendidik seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas, menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau ringkasan, atau apa saja dengan tujuan mendidik. (9). Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dianak didikinya. Kebutuhan itulah yang menjadi dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar. (10). Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu sacara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut: (1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, (2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, (3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, (4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Anak didik kadang kala mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Misalnya; (1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. (2) Kesulitan belajar akademik. Menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan menulis dan membaca. Anak didik yang mengalami kesulitan belajar, gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing). Misalnya: (1) Menunujukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas, (2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah, (3) Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan tugas-tugas, (4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain, (5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, (6) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah, (7) Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis. Penyebab kesulitan belajar misalnya: Pertama, Faktor intern, meliputi (1) Sebab yang bersifat fisik. Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh. (2) Sebab yang bersifat rohani, terdiri dari faktor Inteligensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang anak didik. Kedua, Faktor ekstern, meliputi (1) Faktor Keluarga. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Misalnya cara orang tua dalam mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, suasana rumah/ keluarga, keadaan ekonomi keluarga; (2) Faktor sekolah meliputi (a) Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh anak didik-anak didiknya. Hubungan guru dengan anak didik kurang baik. Sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh anak didik-anak didiknya. Seperti kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan lain-lain. Tak pandai menerangkan, sinis, sombong. Menjengkelkan, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan lain-lain. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini dapat mengakibatkan hanya sebagian kecil anak didiknya dapat berhasil dengan baik. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian. Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi. Metode mengajar yang menyebabkan anak didik pasif, sehingga anak tidak ada aktivitas. Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak menguasai bahan. Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. (b) Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul kesulitan belajar. (c) Kondisi Gedung. Terutama ditunjukkan pada ruang kelas/ ruangan tempat belajar anak. (d) Kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang, adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi anak didik-anak didik. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar. (e) Waktu sekolah dan disiplin waktu kurang. Apabila sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di siang hari, juga dapat mempercepat proses kelelahan. Karena itu waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari. Disamping itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya anak didik-anak didik liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan, kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar. (3) Faktor mass media dan lingkungan sosial meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa tugasnya untuk belajar. Lingkungan Sosial misalnya teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik antara lain : (1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar. Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian anak didik, keaktifan anak didik, keterlibatan langsung anak didik, materi pelajaran yang merangsang, dan lain-lain. Agar motivasi belajar anak didik meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan anak didik, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal. (2) Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi anak didik dan upaya penyiapannya. (3) Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman yang telah dimiliki anak didik. Anak didik lebih senang memanak didiki materi pelajaran yang baru, apabila anak didik mempunyai latar belakang untuk memanak didiki materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan anak didik. (4) Mengembangkan cita-cita atau aspirasi anak didik. Setiap anak didik mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua anak didik dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan anak didik selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan anak didik menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada anak didik untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih kuat. Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar anak didik. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar anak didik. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik tersebut. Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi anak didik yang mengalami kesulitan belajar antara lain: (1) Pergunakan pujian verbal. Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada anak didik. Setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. (2) Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana. Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial. Tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi anak didik. Anak didik belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi anak didik untuk belajar. (3) Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi. Di dalam diri anak didik ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri anak didik sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi. (4) Melakukan hal yang luar biasa. Untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka. Sehingga setelah mendengar cerita dari guru anak didik akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi anak didik akan meningkat. (5) Merangsang hasrat anak didik. Hasrat anak didik perlu dirangsang dengan memberikan contoh hadiah yang akan diterima, bila ia berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada anak didik dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat anak didik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik. (6) Memanfaatkan apersepsi anak didik. Pengalaman anak didik baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika menjelaskan materi pelajaran. Anak didik mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. (7) Minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya. Hal ini menguatkan belajar anak didik dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri anak didik. Bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang. (8) Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan. Kadang agar diterima oleh teman-temannya, anak didik melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh anak didik yang lain. Misalnya dalam menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya, sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif. Motivasi anak didik untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik. Jika terdapat anak didik yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, mencoba, maju dan bersikap mandiri. Sehingga anak didik dapat tumbuh dan berkembang mencapai keberhasilan pengajaran yang gemilang. Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu, justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar anak didik. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental anak didik dalam belajar. Motivasi dalam diri anak didik, perlu dihidupkan terus. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring. Selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat. Sebagai perwujudan emansipasi kemandirian dalam cita-cita atau aspirasi, kemampuan, kondisi, dinamika anak didik dalam belajar. Bagi guru, motivasi belajar pada anak didik berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh anak didik, jika ia dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya. Kenyataan-kenyataan di atas, membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar anak didik terutama bagi anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan anak didik sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru sebisa mungkin harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar. Terutama bagi anak didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang efektif ndan efisien. Dengan demikian menjadi seorang guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada anak didiknya. Guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan anak didik disegala umur. Sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Oleh karena itu, guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada anak didiknya. Guru harus memahami perubahan paradigma pendidikan. Sekarang, anak didik tidak lagi sebagai obyek, tetapi sebagai subyek, pelaku pendidikan itu sendiri. Anak didik yang belajar. Guru sebagai teman belajar anak didik. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar, masih banyak sumber belajar di luar guru. Memang hidup ini berubah, dengan guru, anak didik akan suka pindah-pindah. Artinya guru dapat membantu anak didik meninggalkan hal yang lama menuju yang baru. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah anak didik, kepercayaan, atau kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkannya. Guru dapat menemukan strategi dan cara baru dalam menyelesaikan masalah anak didik. Sehingga anak didik dapat terbantu dalam mengatasi masalahnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian, guru harus mengetahui perilaku atau keputusan mana yang tidak bermanfaat dan bermanfaat bagi anak didiknya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer