Breaking News
Loading...
Senin, 11 Juli 2011

PANCASILA DAN KEADILAN SOSIAL

18.35
PANCASILA DAN KEADILAN SOSIAL

Tanggal 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila. Beberapa hari, menjelang Hari Lahir Pancasila, para pendukung gagasan itu menggelar diskusi tentang Paradigma Fungsional Pancasila karena didorong oleh keinginan agar rakyat banyak di pedesaan yang sedang dilanda eforia reformasi tidak terkecoh oleh derasnya arus globalisasi dan berpaling menerima Neo Liberalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Para penggagas yakin bahwa pengertian yang makin mendalam tentang paradigma Pancasila bisa menempatkan para penyelenggara negara dan rakyat untuk saling mengerti hak dan kewajibannya dalam menterjemahkan ortodoksi Pancasila menjadi ortopraksis yang mengantar tercapainya tujuan masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan oleh para sesepuh pendiri negara dan seluruh rakyat Indonesia serta dirumuskan dalam UUD 1945.
Bagi rakyat di pedesaan, yang akhir-akhir ini makin terhimpit kemiskinan yang tidak kunjung terentaskan, bingung dan bertanya-tanya apakah Pancasila yang selama ini didengungkan sebagai "kekuatan moral" yang ampuh sudah kehilangan relevansinya terhadap persoalan rakyat. Apakah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak lagi menjadi cita-cita dan perjuangan nasional. Apakah karena itu sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan harus diwujudkan dengan adu kuat berupa demonstrasi dan kekerasan yang secara vulgar dan mencolok dipertontonkan di media massa, khususnya televisi, setiap hari. Barangkali tiba waktunya untuk belajar dari sejarah masa lalu dan dengan berani maju melangkah ke masa depan yang lebih cemerlang. Pancasila digali oleh Bung Karno sebagai upaya untuk mengembangkan kebersamaan gotong royong dan kita kenal sebagai Dasar Negara. Pada era Presiden Soeharto dikembangkan lebih lanjut sebagai Dasar Negara, Pandangan Hidup, dan Ideologi Terbuka. Para penggagas, setidak tidaknya penulis, mengharap kiranya pengembangan itu kita terima sebagai tantangan untuk menggali lebih dalam melalui paradigma yang lebih fungsional.
Pancasila dalam paradigma fungsional menempatkan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dalam posisi yang dominan. Bagi rakyat banyak Sila ini memerlukan terjemahan secara luas dan sebisa mungkin segera mendarat dalam bentuk program-program nyata untuk mengurangi dan akhirnya menghilangkan keterpurukan rakyat di pedesaan. Masyarakat sangat menunggu program dan kegiatan pemberdayaan untuk meningkatan mutu dan dinamika manusia, utamanya bagi rakyat banyak yang terpuruk, miskin atau tersisihkan dalam pembangunan. Agar cita-cita yang terkandung dalam Sila ini dapat diwujudkan, rakyat banyak di pedesaan sangat menunggu uluran tangan dan kekuatan pembangunan mengarahkan usahanya menolong dan mendampingi rakyat berbuat dan bekerja keras mewujudkan sila keadilan tersebut. Program-program dan kegiatan pemberdayaan manusia inilah yang diharapkan dapat mewujudkan manusia Indonesia baru yang cerdas, sehat dan mandiri. Manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu dan mendapatkan kesempatan untuk menempatkan diri secara terhomat dan sejahtera. Manusia yang secara demokratis mampu melakukan pilihan masa depan yang dicita-citakannya. Bahkan, barangkali, dengan mendorong terjemahan paradigma fimgsional dari sila-sila Pancasila lainnya, dan menyebar luaskannya di masyarakat, kita membantu menempatkan manusia Indonesia sebagai titik sentral pembangunan..
Dalam suasana memperingati Hari Lahirnya Pancasila, barangkali kita harus segera berusaha menjauhkan diri dari perbedaan, mempergunakan hikmah perbedaan serta dengan tekun mencari persamaan untuk mencapai konsensus politik tentang peranan Pancasila sebagai arahan fungsional pembangunan. Rakyat banyak sudah sangat rindu akan wujud nyata dari Pancasila dalam kehidupan keseharian. Rakyat akan sangat bahagia dan tenteram kalau saja segera diperoleh hasil akhir yang dicita-citakannya. Kalau impian dan harapan itu segera dapat diwujudkan, barangkali rakyat biasa di pedesaan bisa diajak dan didampingi untuk dengan ikhlas dan perasaan lega membangun masa depan masyarakat yang adil dan makmur. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Masalah sosial Kemasyarakatan).
Hasil dari opini diatas mengajak masyarakat Indonesia dan para dewan pemerintah untuk tidak terkecoh oleh derasnya arus globalisasi dan berpaling menerima neo-liberalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai rakyat Indonesia, bisa menempatkan para penyelenggara negara dan rakyat untuk saling mengerti hak dan kewajibannya dalam menterjemahkan ortodoksi Pancasila menjadi ortopraksis yang mengantar tercapainya tujuan masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan oleh para sesepuh pendiri negara dan seluruh rakyat Indonesia serta dirumuskan dalam UUD 1945.
Pancasila yang menjadi idiologi bangsa dan negara Indonesia seharusnya di jadikan pedoman tetap baik penyelenggara negara dan rakyat Indonesia bukan terpengaruh arus globalisasi. Bangsa ini harus mempunyai pedoman yang harus di tegakkan dan di patuhi untuk berkehidupan yang lebih baik. Pancasila yang merupakan dasar dari tujuan negara harus menjadi pembimbing supaya bangsa ini bisa mewujudkan tjuan nasional yang sudah di rancangkan. Maka dari itu menjunjung tinggi pancasila dan mengamalkan pancasila menjadi suatu pokok bahasan dan suatu misi agar bangsa ini tidak kehilangan arah dan terpengaruh arus dari idiologi-idiologi lain yang lebih banyak berkembang.
Bangsa Indonesia harus menjaga relevansi pancasila supaya pancasila yang sudah menjadi idiologi bangsa ini tidak kabur dalam pandangan bangsa. Juga sila-sila dalam pancasila bisa menjadi suatu dasar untuk menjalan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, dan ideologi terbuka, para founding father yang merumuskan pancasila, setidak tidaknya penulis, mengharap kiranya pengembangan itu kita terima sebagai tantangan untuk menggali lebih dalam melalui paradigma yang lebih fungsional.
Dalam rangka memperingati hari lahirnya pancasila, berusaha menjauhkan diri dari perbedaan, mempergunakan hikmah perbedaan serta dengan tekun mencari persamaan untuk mencapai konsensus politik tentang peranan pancasila sebagai arahan fungsional pembangunan. Pembangunan yang di maksudkan adalah pembangungan struktur dan infra struktur dan juga pembangunan manusia Indonesia.
Bung Karno Sejuta Pelajaran
Bung Karno telah mewariskan kepada bangsa Indonesia sejuta hikmah dan pelajaran yang amat berharga. Warisan tersebut sudah banyak mendapat pengakuan dari berbagai tokoh dari berbagai Negara. Ajaran Bung Karno banyak sekali dijadikan rujukan di kalangan praktisi maupun akademisi di kancah internasioal.
“Macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggakan gading, Bung Karno pergi meninggalkan nama harum dan sejuta pelajaran bagi kita, bangsa Indonesia,” kata Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, MS, Walikota Blitar ketika memberi sambutan pada acara Haul Bung Karno 2007 di Blitar, 20/06/2007. Menurut Djarot, buah pikiran Bung Karno sudah banyak dipelajari dan dikaji oleh para penulis dari berbagai Negara untuk disarikan kembali agar dapat direvitaslisasi dan diimplementasikan dengan keadaan saat ini. “Bung Karno mendapat tempat terhomat di mata dunia internasional dan pemikirannya menjadi sumber inspirasi kemerdekaan di banyak Negara,” kata Djarot tentang buah pikiran Bung Karno yang dikenal luas di masyarakat internasional.
Banyak sekali buah pikiran Bung Karno yang sangat brilian dan cerdas, Pancasila adalah salah satu contohnya. Bung Karno telah menciptakan Pancasila sebagai filasafat hidup berbangsa dan bernegara menuju masyarakat adil, sejahtera, demokratis, utuh dalam kesatuan dalam berbagai keragaman etnik, ras dan agama. Buah pikiran seperti inilah yang sampai sekarang menjadi perekat kesatuan Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Nilai-nilai Pancasila tersebut diungkapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang Badan Pesiapan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Selain Pancasila, Bung Karno juga mewariskan ajaran Trisakti, yaitu Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian dalam Kebudayaan. Globalisasi yang sekarang ini melanda dunia hanya bisa dibendung dengan konsep Trisakti yang diterapkan secara konsisten dan sungguh sungguh.  “Pemikiran Bung Karno sangat relevan dalam era Globalisasi yang menawarkan system kapitalisme global sudah mencekik ke urat leher rakyat di negara negara negara miskin,”  kata Djarot tentang pikiran besar Bung Karno.
Hal lain yang juga sangat penting dari Bung Karno adalah perjuangan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Krisis yang terjadi pada waktu lalu akan memporak-porandakan Bangsa Indonesia ketika persatuan dan kesatuan seperti yang diperjuangkan oleh Bung Karno.
“Persatuan dan kesatuan yang diperjuangkan oleh Bung Karno bukanlah megalomania atau khayalan romantis, tapi prasyarat penting, tanpa itu kita akan kalah bersaing dengan bangsa lain,”  kata Djarot mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan seperti yang telah diperjuangkan sampai akhir hayat Bung Karno(Red)
            Opini diatas mempertegas pancasila dan ajaran trisakti yang di buat oleh Bung Karno bisa untuk menghadapi era globalisasi. Opini ini juga banyak memuji Bung Karno dengan ajaran-ajaran yang telah dia ajarkan.Bung Karno terbukti mempunyai pemikiran-pemikiran yang cerdas tentang kenegaraan. Tulisan di atas menyebutkan “Bung Karno telah menciptakan Pancasila sebagai filasafat hidup berbangsa dan bernegara menuju masyarakat adil, sejahtera, demokratis, utuh dalam kesatuan dalam berbagai keragaman etnik, ras dan agama”. Pancasila tidak hanya hasil dari pemikiran-pemikiran Bung Karno saja, tetapi di belakang Bung Karno masih banyak pemikir-pemikir kenegaraan yang menyumbangkan ide-idenya untuk membuat pancasila atau dasar negara. Pemikiran-pemirian para pendiri negara (founding father) yang membuat pancasila itu lahir.
          Pesan dari penulis dari opini ini adalah perjuangan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Semua dasar atau element dari Pancasila bisa menjadi pedoman hidup bangsa ini dalam menghadapi tuntutan kemajuan zaman, dengan bersatu banga ini akan menjadi bangsa yang kuat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer