Breaking News
Loading...
Senin, 11 Juli 2011

Pengembangan Nilai-Nilai Luhur Budi Pekerti sebagai Karakter Bangsa

18.10
Pengembangan Nilai-Nilai Luhur Budi Pekerti sebagai Karakter Bangsa

Pada tatanan mikro, karakter diartikan sebagai (i) kualitas dan kuantitas reaksi terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi tertentu; atau (ii) watak, akhlak, ciri psikologis. Ciri-ciri psikologis yang dimiliki individu pada lingkup pribadi, secara evolutif akan berkembang menjadi ciri kelompok dan lebih luas lagi menjadi ciri sosial. Ciri psikologis individu akan memberi warna dan corak identitas kelompok dan  pada  tatanan  makro  akan  menjadi  ciri  psikologis  atau   karakter  suatu  bangsa. Pembentukan karakter suatu bangsa berproses secara dinamis sebagai suatu fenomena sosio-ekologis.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan  nilai dasar prilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia (when character is lost then everyting is lost). Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama   berdasarkan   atas   pilar:   kedamaian   (peace),   menghargai   (respect), kerjasama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happinnes), kejujuran (honesty),   kerendahan   hati   (humility),   kasih   sayang   (love),   tanggung   jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicty), toleransi (tolerance) dan persatuan (unity).

Kita   mengenal   dasar   filisofis   karakter   atas   dasar  Tri   Rahayu  (Ki   Tyasno Sudarto, Ketua Umum Majelis Hukum Taman Siswa, 2007) yaitu :
1)     Mamayu hayuning saliro (bagaimana hidup untuk meningkatkan kualitas diri);
2)     Mamayu hayuning bangsa (bagaimana berjuang untuk negara dan bangsa);
3)     Mamayu hayuning bawana (bagaimana membangun kesejahteraan dunia).

Untuk mencapai tatanan Tri Rahayu tersebut, manusia harus memahami, menghayati, serta melaksanakan tugasnya sebagai manusia yang tercantum dalam Tri Satya Brata:
1)     Rahayuning   bawono   kapurbo   waskitaning   manungsa  (kesejahteraan   dunia tergantung pada manusia yang memiliki ketajaman rasa)
2)     Dharmaning   manungsa   mahanani   rahayuning   negara  (tugas   utama   dalam menjaga keselamatan negara)
3)     3Rahayuning   manungsa   dumadi   karana   kamanungsane  (keselamatan   manusia ditentukan tata perilakunya)

Nilai-nilai luhur (supreme values) adalah pedoman hidup (guiding principles) yang digunakan untuk mencapai derajat kemanusiaan yang lebih tinggi, hidup yang lebih bermanfaat, kedamaian dan kebahagiaan. Kemanusiaan yang dimaksud adalah humanitarianisma  (perikemanusiaan)   yang   meliputi   solidaritas   sesama   manusia, menghormati hakekat dan martabat manusia, kesetaraan dan tolong menolong antar manusia,   menghormati   perbedaan   dalam   berbagai   dimensi   antar   manusia, menciptakan kedamaian. Budi pekerti sebagai nilai luhur adalah pilihan perilaku yang dibangun   berdasarkan   atas   nilai-nilai   yang   diyakini   sehingga   sering   diposisikan sebagai nilai instrumental atau cara mencapai sesuatu atau sikap terhadap sesuatu. Dengan budi pekerti, kita akan berbakti, mengabdi dengan sepenuh jiwa raga kepada bangsa dan kita bukan bangsa pencaci ataupun penghujat.

Bangsa   Indonesia   yang   bersifat   multi   etnis   memiliki   khasanah   ajaran, wewarah, tuntunan yang sangat kaya mengenai budi pekerti. Bagi masyarakat Jawa, wewarah  budi   pekerti   banyak   diwarnai   dari   para   pujangga   seperti   Ki   Ageng Soerjomentaram dengan ajaran bahwa dalam menjalani hidup sebaiknya menghindari perilaku : ngangsa-angsa; ngaya-aya; golek benere dhewe. Raden Mas Sosrokartono (saudaranya Raden Ajeng Kartini) adalah sarjana sastra pertama dari Negeri Belanda mengajarkan sikap batin utama untuk menghadapi berbagai situasi konflik. Ajaran beliau adalah : sugih tanpo bandha; digdaya tanpo aji; nglurug tanpo bala; menang  tanpo ngasorake.

Masyarakat   Melayu   mengenal   “tunjuk   ajar”   secara   turun   temurun   yang merupakan petunjuk mengenai mearifan budi dalam menyikapi segala bentuk masalah hidup.   Beberapa   ajaran   dalam   membangun   budi   pekerti   pada   umumnya   disajikan dalam pantun yang indah, antara lain adalah :
hidup dalam pekerti
mati dalam budi
bila duduk, duduk bersifat
bila tegak, tegak beradat
bila bercakap, cakap berkhasiat
bila diam, diam makrifat
Maknanya adalah hidup harus selalu menunjukkan perilaku mulia atau terpuji dan tahu membawa diri.
ke hulu sama bergalah
ke hilir sama berhanyut
terendam sama basah
terapung sama timbul
Ajaran   ini   memberikan   tuntunan   untuk   menjunjung   nilai   kebersamaan, kegotongroyongan, senasib sepenanggungan

Demikianlah   terurai   kata   untuk   mengingat   kembali   tekad   kita   untuk senantiasa…   Bangunlah   jiwanya,   Bangunkah   badannya,   untuk   Indonesia   Raya. Semoga   Tuhan   yang   Maha   Esa   senantiasa   menuntun   bangsa   Indonesia   untuk “anggayuh kasampurnaning urip, berbudi bawa leksana, ngudi sajatining becik”.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer